Wednesday, November 27, 2019

Teori-teori sosiologi, max weber perkembangan rasionalitas manusia

Teori Max weber
    " Perkembangan Rasionalitas Manusia "

Max Weber

Maximilian Weber (1864 1920) atau sering dikenal dengan Max Weber (untuk selanjutnya disebut Weber) adalah seorang ahli ekonomi yang kemudian menfokuskan perhatiannya pada masalah sosial dari sudut pandang yang cukup sosiologis. Karya Weber yang sangat popular adalah " the ethik and the sprit of kapitalism ". Buku ini menjelaskan berbagai masalah kebenaran dan anterpremi sejarah baik yang materialistis mupun yang idealistis sebagai contoh pola - pola teoretis yang menyeluruh. Weber  mengakui bahwa ilmu-ilmu sosial harus berkaitan dengan spiritual atau ide, sebagai ciri khas manusia yang tidak berada dalam jangkauan bidang ilmu-ilmu alam. Akan tetapi , pembedaan yang diperlakukan mengenai subjek dan objek tidak harus melibatkan pengorbanan objektivitas di dalam ilmu-ilmu sosial, atau pembedaan yang menyetarakan institusi sebagai pengganti analisis sebab akibat Yang dapat ditiru. Pemikiran weber  yang menjelaskan mengenai proses perubahan sosial dalam masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan rasionalitas manusia. Menurut weber ( johnson, 1994: 2002)  bentuk-bentuk rasionalitas manusia meliputi alat yang menjadi sarana utama nama serta tujuan yang meliputi aspek kultural, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya orang besar mampu hidup dengan pola pikir yang rasional adalag yang ada pada seperangkat alat yang dimiliki dan Kebudayaan yang mendukung kehidupannya. Orang yang rasional akan memilih alat mana yang paling benar untuk mencapai tujuannya. 
Weber  menyebutkan Empat tipe rasionalitas yang mewarnai perkembangan manusia. Empat tipe tersebut adalah: pertama, tradisional rasional. Rasionalitas ini bertujuan untuk memperjuangkan nilai-nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat, rasionalitas ini kadangkala disebut sebagai tindakan rasional. Kedua, rasionalitas afektif rasionalitas ini merupakan tipe rasionalitas yang bermuara dalam hubungan emosi atau perasaan yang sangat mendalam, sehingga ada hubungan khusus yang tidak dapat diterapkan diluar lingkaran tersebut. Ketiga rasionalitas yang berorientasi pada nilai rasionalitas ini merupakan sebuah rasionalitas masyarakat yang melihat nilai sebagai potensi atau tujuan hidup, meskipun tujuan itu tidak nyata dalam kehidupan keseharian. Keempat rasional rasionalitas instrumental pada tipe ini manusia tidak hanya menentukan tujuan yang ingin dicapai namun ia secara rasional Telah mencapai tujuan tersebut. Rasionalitas ini merupakan tipe rasionalitas yang tertinggi.


Sunday, January 13, 2019

Sejara Desa Kedungrejo

Kantor Desa Kedungrejo  

SEJARAH DESA KEDUNGREJO
Desa Kedungrejo merupakan desa  yang terletak dikecamatan  Waru,  kabupaten Sidoarjo, dan berada diisebeleah utara kota Sidoarjo. Desa Kedungrejo yang terletak disebelah utara kota Sidoarjo maka desa ini dekat dengan kota Surabaya. Secara administratif desa Kedungrejo berbatasan dengan wilaha desa-desa sebagai berikut :
Sebelah Barat : Desa Bungurasih, kec. Waru
Sebelah Timur : Desa Janti, kec.  Waru
Sebelah Selatan : Desa Waru dan Desa Kureksari,  Kec.  Waru
Sebelah utara : Kota Surabaya
Jara desa Kedungrejo dengan ibu kota kecamatan berjarak 1 KM sedangkan  dengan jarak ibu kota Kabupaten berjarak 10 KM. Desa Kedungrejo merupakan desa yang memilik letak geografis yang strategis. Desa ini berdekatan dengan stasiun waru berjarak 500 M dari pusat pemerintahan desa, dekat dengan terminal Purabaya berjarak 1 KM, dan juga dekat dengan bandara International bandara Juanda dengan jarak tempuh 5 KM.Penduduk Desa  Kedungrejo hinggah tahun 2018  sebesar 8.678 jiwa dengan jumblah Kk 2.284 dari lima dusun diantaranya iyalah dusun Kedungrejo Barat,  Kedungrejo Timur, Bandilan,  Balongpo, dan pengkol. Desa Kedungrejo, kata Kedungrejo merupakan dua kata yang digabungkan menjadi satu. Kata ini berasal dari bahasa jawa kuno yaitu “ kedung “ dan “ Rejo “.
Konon katanya penduduk setempat dan sesepo desa. Kata “ Kedung “ memiliki arti genangan air yang besar ( jublangan)  dan kata “ Rejo “ berarti ramai. Jadi desa ini dulu merupak genangan air besar ( jublangan )  yang ramai. Bahkan ada yang mengatakan bahwa dulu desa ini ada sebua genangan air semacam kolam ( jublangan  yang besar) digunakan untuk memandikan para gaja dari kerajaan dan ketika gaja-gaja itu dimandikan maka mengeluarkan suaranya yang khas dan begitu kencang sehingga timbula suara – suara yang gaduh. Sehingga masyarakat setempat dulu memberikan nama Kedungrejo. Pertanyaan , dari kerajaan mana gaja-gaja itu?.. Mengingat Sidoarjo dulunya merupakan daerah/wilaya kekuasaan kerajaan Jenggolo tak menepis kemungkinan bahwa gaja-gaja yang dimandikan dulu merupakan gaja-gaja dari kerajaan Jenggolo.