Sunday, February 23, 2020

Bapak Sosiologi " biografi dan pemikiran Auguste Comte "

Bapak Sosiologi
" biografi dan pemikiran Auguste Comte "


Biografi Auguste Comte.
Auguste Comte lahir di Montpelier, Prancis. pada tanggal 19 Januarl 1798 (Pickering, 1993: 7). Orang tuanya berasal dart kelas menengah dan akhimya sang ayah meraih posisi sebagai petugas resmi pengumpul pajak lokal. Meskipun seorang mahasiswa yang cerdas, Comte tidak pemah mendapatkan ijazah sarjana. Ia dan seluruh mahasiswa seangkatannya dikeluarkan dari Ecole Polytechnique karena gagasan politik dan pembangkangan mereka. Pemberhentian ini berdampak buruk pada karier akademis Comte. Pada tahun 1817 ia menjadi sekretaris (dan anak angkat” [Manuel, 1962: 2511) Claude Henri Saint-Simon, seorang filsuf yang empat puluh tahun lebih tua dari Comte. Mereka bekerja sama selama beberapa tahun dan Comte mengakui besarnya utang pada SaintoSimon: Aku benar-benar berutang secara intelektual pada Saint-Simon . . . ia banyak berperan dalam mengenalkan aku ke wilayah filsafat yang kini aku ciptakan untuk diriku sendiri dan yang tanpa ragu aku jalanlli seumur hldupku" (Durkheim. 1928/1962: 144). Namun pada tahun 1824 mereka bertengkar karena Comte yakin bahwa Saint-Simon Ingin menghapuskan nama Comte dari daftar ucapan terima kasihnya. Kemudian Comte menulis bahwa hubungannya dengan Saint-Simon “mengerikan” (Pickering. 1993: 238) dan menggambarkannya sebagai "penipu hina” (Durkheim, 1928/1962: 144). Pada tahun 1852, Comte berkata tentang Saian-simon, "Aku tidak berutang apa pun pada orang ini" (Pickering, 1993: 240).
Heilbron (1995) menggambarkan Comte bertubuh pendek (mungkin 5 kaki, 2 inci), dengan mata juling, dan sangat merasa gelisah dengan situasi sosial di sekitamya, khususnya ketika menyangkut perempuan. Ia juga terasing dari masyarakat secara keseluruhan. Ini dapat membantu menjelaskan fakta bahwa Comte menikah dengan Caroline Massin (perkawinan yang berlangsung dari tahun 1825 sampai dengan 1842). la adalah seorang anak haram yang belakangan disebut pelacur oIeh Comte, meskipun tuduhan itu akhir-akhir ini dipertanyakan (Pickering, 1997: 37). Kegelisahan pribadi yang dialami Comte berlawanan dengan rasa aman yang begitu besar terhadap kapasitas intelektualnya, dan tampak bahwa rasa percaya begitu kuat:
Ingatan Comte yang luar biasa begitu tersohor. Didukung dengan ingatan fotografis la dapat mengucapkan kembail setiap kata yang telah Ia baca meski hanya sekali. Kekuatan konsentrasinya begitu hebat sehingga ia dapat menggambarkan seluruh buku tanpa menuliskan catatan sedikit pun. Seluruh kuliah disampaikannya tanpa catatan. Ketika la duduk menulls buku-bukunya, Ia menulis semua yang ada dalam lngatannya. (Schweber. 1991: 134)
Pada tahun 1826. Comte mengolah satu sekema yang akan digunakannya untuk menyampaikan serangkaian 72 kuliah umum (diselenggarakan di apartemennya) tentang filsafatnya. Kuliah ini menarik audien luar biasa banyaknya, namun dihentikan pada kuliah ketiga saat Comte menderita gangguan jiwa. Ia terus mengalami masalah mental, dan pada tahun 1827 ia pemah mencoba bunuh diri (meski gagal) dengan melemparkan dirinya ke Sungai Seine.
Meskipun ia tidak dapat memperoleh posisi reguler di Ecole Polytechnique, Comte mendapatkan posisi minor sebagai asisten pengajar pada tahun 1832. Pada tahun 1837, Comte mendepatkan posisi tambahan sebagai penguji ujian masuk, dan untuk pertama kalinya. ini memberikannya pendapatan yang memadai (ia sering kali tergantung secara ekonomis pada keluarganya sampai saat itu). Selama kurun waktu tersebut, Comte mengerjakan enam jilid karya yang melambungkan namanya, Cours de Philosophie Positive, yang secara keseluruhan terbit pada tahun 1842 (iilid pertama terbit pada tahun 1830). Dalam karya ini Comte memaparkan pandangannya bahwa sosiologi adalah ilmu tertinggi. Ia juga menyerang Ecole Polytechnique. dan hasilnya adalah pada tahun 1844 pekerjaannya sebagai asisten tidak diperpanjang. Pada tahun 1851 ia menyelesaikan empat jilid buku Systeme de Politique Positive, yang lebih bertujuan praktis, dan menawarkan rencana reorganisasi masyarakat.

Heilbron menandaskan bahwa kehancuran terbesar terjadi dalam kehidupan Comte pada tahun 1838 dan sejak saat itu ia kehilangan harapan bahwa setiap orang akan memikirkan secara serius karyanya tentang ilmu pengetahuan secara umum, dan khususnya sosiologi. Pada saat yang bersamaan ia mengawali hidup “yang menyehatkan otak”; yaitu Comte mulai tidak mau membaca karya orang lain yang akibatnya adalah ia menjadi kehilangan harapan untuk dapat berhubungan dengan perkembangan intelektual terkini. Setelah tahun 1838 ia mulai mengembangkan gagasan anehnya tentang reformasi masyarakat yang dipaparkan dalam buku Systeme de Politique Positive. Comte mulai mengkhayalkan dirinya sebagai pendeta tinggi agama baru kemanusiaan ia percaya pada dunia yang pada akhinya akan dipimpin oleh sosiolog-pendeta. (Comte banyak dipengaruhi oleh latar belakang Katoliknya). Menarik untuk disimak, di tengah-tengah gagasan berani itu. pada akhimya Comte memang mendapatkan banyak penglkut di Francis, maupun di sejumlah negara lain. Auguste Comte wafat pada 5 September 1857.

Pemikiran Auguste Comte (1798-1857)
Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi (Pickering, 2000; Turner, 2001)." Ia membawa pengaruh besar pada beberapa orang teoretisi sosiologi yang lebih kemudian (khususnya Herbert Spencer dan Emile Durkheim). Ia percaya bahwa studi sosiologi haruslah ilmiah, sebagaimana yang dirintis teoretisi klasik dan sosiolog-sosiolog kontemporer (Lenzer, 1975). Comte sangat terusik oleh anarki yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat Francis dan bersikap kritis terhadap pemikir yang menumbuhkembangkan Pencerahan dan revolusi. Ia mengembangkan pandangan ilmiahnya, “positivisme”, atau “filsafat positif“, untuk menyerang apa yang dipandangnya sebagai filsafat negatif dan destruktif dari Pencerahan. Comte sejalan, dan dipengaruhi oleh pemikir Katolik kontrarevolusi Prancis (khususnya de Bonald dan de Maistre). Namun, karyanya dapat dibedakan dari pandangan kedua orang tersebut paling tidak karena dua alasan. Panama, menurut pendapatnya, tidak mungkin kembali lagi ke Zaman Pertengahan; kecanggihan ilmu pengetahuan dan industri menjadikannya mustahil. Kedua, ia mengembangkan sistem teoretis yang jauh lebih cang~ gih daripada para pendéhulunya, sebuah sistem teoretis yang cukup untuk membangun sosiologi awal.
Comte mengembangkan fisika sosial, atau yang pada tahun 1839 disebutnya sebagai sosiolog(Pickering, 2000). Penggunaan istilah fisika sosial menunjukkan bahwa Comte berusaha membangun sosiologi dengan mengikuti “ilmu-ilmu keras". Ilmu pengetahuan baru ini, yang menurut pandangannya akan menjadi ilmu dominan, menelaah statika (struktur sosial yang ada) dan dinamika sosial (perubahan sosial). Meskipun keduanya melibatkan pencarian hukum kehidupan sosial, ia merasa bahwa dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial. Fokus pada perubahan ini mencerminkan minamya terhadap reformasi sosial, khususnya reformasi atas sejumlah “penyakit” yang diciptakan oleh Revolusi Prancis dan Pencerahan. Comte tidak menyerukan perubahan revolusioner, karena ia merasa evolusi alamiah masyarakat akan memperbaiki semuanya. Reformasi hanya diperlukan untuk sedikit membantu terlaksananya proses ini.
Hal ini membawa kita kepada dasar pendekatan Comte -teori evolusi, atau hukum tiga tahap. Teori ini menyatakan bahwa terdapat tiga tahap intelektual yang dijalani dunia ini sepanjang sejarahnya. Menurut Comte, bukan hanya dunia yang mengalami proses ini, namun kelompok manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan, individu dan bahkan pikiran pun melalui ketiga tahap tersebut. Tahap teologis adalah yang pertama, dan ini menjadi ciri dunia sebelum tahun 1300. Selama masa itu, sistem ide utama dititikberatkan pada kepercayaan bahwa kekuatan supranatural dan {igur-figur religius, yang berwujud manusia, menjadi akar segalanya. Secara khusus, dunia sosial dan fisika dipandang sebagai dua hal yang dibuat Tuhan. Tahap kedua adalah tahap metafisis, yang kira-kira berlangsung antara tahun 1300 sampai dengan 1800. Era ini dicirikan oleh kepercayaan bahwa kekuatan abstrak seperti “alam”, dan bukannya tuhan yang dipersonalisasikan, diyakini dapat menjelaskan segalanya. Akhimya, pada tahun 1800 dunia memasuki tahap positivitik Yang dicirikan oleh kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan. Kini orang cenderung berhenti melakukan pencarian terhadap sebab mutlak (tuhanatau alam) dan lebih berkonsentrasi pada penelitian terhadap dum'a sosial dan flsik dalam upayanya menemukan hukum yang mengaturnya.
Jelas bahwa dalam teorinya tentang dunia, Comte memfokuskan perhatian pada faktor intelektual. Ia memang menegaskan bahwa kekacauan intclektual adalah sebab dari kekacauan sosial. Kekacaunn yang tumbuh dari sistem ide sebelumnya (teologis dan metafisis ) yang terus ada pnda zuman positivistik (ilmiah). Batu ketika positivisme mengumbil kendali sopenunya, keresahan sosial berhenti. Karena ini adalah proses evolusioner, tiduk perlu mendorong terjadinya gangguan sosial dan revolusi. Positivisme, meskipun mungkin Lidak secepat yang dikchendaki sementara orang, akan segera datang. Di sini, gagasan Comte tentang reformisme sosial dan sosiologinya bertemu. Sosiologi dapat mempercepat hadimya positivisme dan dengan demikian membawa keteraturan pada dunia sosial. Lebih penting lagi, Comte tampaknya tidak ingin mendorong terjadinya revolusi. Menurut pandangannya, terdapat sudah banyak kekacauan yang terjadi di dunia ini. Pada banyak kasus, menurut Comte, yang diperlukan adalah perubahan intelektual, sehingga hanya ada sedikit alasan untuk melakukan revolusi politik dan sosial.
Kita telah menyinggung beberapa pandangan Comte yang panting bagi perkembangan sosiologi klasik-landasannya yang konservatif, reformis, dan ilmiah, dan pandangan evolusionemya tentang dunia. Beberapa aspek lain karyanya layak untuk disebutkan karena ini juga sangat berperan dalam perkembangan teori sosiologi. Sebagai contoh, sosiologinya tidak terfokus pada individu namun justru menjadikan entitas yang lebih besar, seperti keluarga, sebagai unit dasar analisisnya. Ia pun menganjurkan kita agar melihat struktur dan perubahan sosial. Yang sangat penting bagi teori sosiologi selanjutnya, khususnya dalam karya Spencer dan Parsons, adalah penekanan Comte pada karakter sistematis masyarakat -kaitan-kaitan di tengah dan di antara berbagai komponen masyarakat. Ia pun mengakui pentingnya peran konsensus dalam masyarakat. Ia tidak melihat adanya kelebihan dalam pendapat yang mengatakan bahwa masyarakat ditandai oleh konflik tak terelakkan antara buruh dengan kapitalis. Selain itu, Comte menegaskan pantingnya untuk terlibat dalam teorisasi abstrak dan melakukan riset sosial. Ia menyarankan agar sosiolog menggunakan observasi, eksperimentasi, dan analisis historis komparatif. Akhirnya, Comte percaya bahwa pada hakikatnya sosiologi akan menjadi kekuatan ilmiah dominan di dunia karena kemampuan khasnya untuk menafsirkan hukum sosial dan mengembangkan reformasi yang ditujukan bagi penyelesaian masalah di dalam sistem tersebut. .
Comte ada di garis depan perkembangan sosiologi positivistik (Bryant, 1985; Halfpenny, 1982). Bagi Jonathan Turner, positivisme Comte menegaskan bahwa “semesta sosial bertanggung jawab atas perkembangan hukum yang dapat diuji dengan pengumpulan data secara saksama,” dan “hukum-hukum abstrak ini akan merujuk pada unsur dasar dan generik semesta sosial tersebut dan akan memerlihatkan ‘hubungan alamiah'” (1985: 24). Seperti akan kita ketahui, sejumlah teoretisi klasik (khususnya Spencer dan Durkheim) memiliki kesamaan minat dengan Comte dalam upaya menemukan hukum kehidupan sosial. Meski positivisme tetap penting dalam sosiologi kontemporer, namun dia telah dicecar dari berbagai arah (Morrow, 1994). Meskipun Comte miskin dengan basis akademis yang hat bagi terbangunnya mazhab teori sosiologi Comtian, namun ia telah meletakkan dasar bagi perkembangan arus utama dalam teon' sosiologi. Namun signifikansi jangka panjang ini dikendilkan oleh penerusnya di sosiologi Francis, dan pewaris sejumlah gag“annya, Emile Durkheim. (Unruk membaca debat tentang komunikasi Durkheim, maupun teonetisi klasik lain yang dibahas pada bab ini, baca Parker, 1997; Mouzeh’s, 1997..)